1001 Distro, Kenapa ada Banyak Sekali Distro Linux?

baca 4 menit
1001 Distro, Kenapa ada Banyak Sekali Distro Linux?

Ketika baru menapakkan kaki di dunia Linux, besar kemungkinan kita akan merasa kerepotan. Bahkan sebelum menginstall Linux pun kita sudah dihadapkan dengan banyak pilihan distro.

Mungkin kalau sudah kenal Windows, kita hanya berhadapan dengan satu saja, ya "Windows" itu. Paling mentok kita dihadapkan pada pilihan untuk memilih versi windows apa — mau XP, 7, 8, 10, atau 11.

Lain cerita ketika kita ingin menginstall Linux. Kita dihadapkan dengan banyak sekali pilihan distro, ratusan bahkan yang sudah beredar di alam semesta ini.

Mulai yang populer seperti Ubuntu, Fedora, dan Arch, sampai yang asing di telinga. Kira-kira kenapa bisa ada sebanyak itu?

Apa itu Distro

Distro atau distribusi merupakan istilah untuk menyebut varian sistem operasi berbasis Linux.

Kenapa berbasis?

Karena sebenarnya Linux itu bukan sistem operasi melainkan kernel, yang mana merupakan komponen pembangun sistem operasi.

Sebuah distribusi Linux bisa terdiri dari banyak komponen yang disatukan menjadi sistem operasi utuh. Tiap distro tentu punya target, fitur, dan ciri khas masing-masing.

Kalau pernah dengar Debian, Ubuntu, Fedora, Arch, Manjaro, Gentoo, dan lain sebagainya, itulah yang dinamakan distro.

Linux Tidak Bisa Berdiri Sendiri

Seperti yang disebutkan sebelumnya, Linux itu bukan sistem operasi, melainkan hanya kernel saja. Lalu kenapa sering disebut sistem operasi Linux?

Kebanyakan OS berbasis Linux punya karakteristik yang sama yaitu kernel Linux yang digunakan. Kernel merupakan salah satu bagian utama dari sistem operasi. Kalau build PC mungkin bisa kita analogikan kernel sebagai Motherboard. Tanpa kernel, sistem operasi tidak akan berjalan.

Kesamaan dalam penggunaan kernel Linux ini mungkin menjadi dasar mengapa OS ini dinamakan "Linux". Selain juga untuk memudahkan para pengguna.

Penamaan ini bahkan jadi perbincangan. Karena selain kernel Linux, pembangun utama sistem operasi Linux adalah software GNU. GNU ini merupakan software penyedia layanan dasar pada Linux.

Nah ceritanya, si empunya GNU, Richard Stallman, menghendaki OS Linux disebut sebagai GNU/Linux — dibaca GNU slash Linux, karena GNU juga punya andil dalam komponen OS ini.

Bicara tentang kernel, bukan cuma Linux saja yang punya kernel, Windows dan Mac OS juga punya. Windows punya kernel "Windows NT", sedangkan MacOS punya kernel "XNU".

Komponen Pembangun OS Berbasis Linux

Selain kernel Linux dan software GNU, OS yang kita sebut Linux atau GNU/Linux ini perlu komponen lain untuk membuatnya "bisa digunakan". Diantaranya yaitu:

  • Package Manager — Aplikasi pengatur format paket dan repositori yang digunakan untuk menginstall aplikasi. Contoh: apt (debian), dnf (fedora), zypper (OpenSUSE), portage (Gentoo), dan banyak lagi.
  • Init System — Program yang pertama kali dijalankan oleh kernel. Berfungsi sebagai manajer untuk program lainnya. Contoh: SystemD, SystemV, dan OpenRC.
  • Display Server — Program penampil antarmuka pada sistem dengan GUI. Contoh: X11 dan Wayland.
  • Desktop Environment — Wajah dari OS, antar muka yang kita gunakan untuk berinteraksi dengan aplikasi yang telah diinstall. Contoh: GNOME, KDE Plasma, XFCE, dan lain sebagainya.

Selain itu masih banyak lagi komponen dari OS Linux, seperti window manager, aplikasi-aplikasi, audio manajer dan lain sebagainya. Bisa dicari-cari sendiri eheh.

Kenapa ada Banyak Distro

Sekarang kembali lagi ke pertanyaan awal. Kenapa ada banyak distro?

Kalau kita lihat pembahasan sebelumnya tentang komponen pembangun Linux, kita bisa lihat bahwa ada banyak pilihan untuk tiap komponennya. Coba saja hitung ada berapa kemungkinan kombinasi dari semua komponen itu. Tidak heran bisa ada banyak sekali distro Linux.

Mungkin bisa kita analogikan seperti memilih PC, kita punya pilihan antara rakit sendiri atau beli prebuilt. Di dunia Linux juga kurang lebih seperti itu. Kita punya opsi untuk "merakit" Linux dari awal atau mendownload "Linux prebuilt" dalam bentuk distro.

Ketika awal-awal mungkin kita pilih beli PC prebuilt, didalamnya sudah ada mobo, processor, RAM, dan aksesoris lain. Tapi seiring berjalannya waktu mungkin kita ingin mengupgrade komponen PC kita karena kebutuhan tertentu misalnya. Proses upgrade ini bahkan bisa dilakukan terus menerus sampai PC kita sudah tidak terlihat hasil prebuilt lagi.

Linux juga seperti itu, ketika kita mendownload sebuah distro, didalamnya sudah ada komponen-komponen prebuilt yang dibuat oleh orang lain. Kita sebagai pemilik bisa mengganti komponen-komponen tersebut sesuai kebutuhan kita. Komponen tambahan ini kemudian menjadi ciri khas suatu distro.

Mau ngerakit distro sendiri? bisa..

Kita bisa merakit Distro linux dari awal. Mulai dari kompilasi kernel, pemasangan GNU, init system, package manager, dan komponen lainnya. Tentu saja ini perlu keterampilan dan pengetahuan yang advance tentang sistem Linux. Sama seperti ngerakit PC yang tidak semua orang bisa.

Karena setiap orang punya kebutuhan dan selera yang berbeda-beda, tidak heran ada banyak sekali distro Linux bertebaran. Bahkan se prebuilt-prebuilt nya PC pasti juga harus dirakit dulu kan. Linux juga seperti itu.

Ada yang membangun Linux dari dasar, benar-benar dari awal hingga menghasilkan distro independen seperti Debian, Arch, dan RHEL.

Ada juga yang membangun Linux dari distro lain yang sudah ada. Jadilah distro-distro turunan seperti Ubuntu, Fedora, dan Manjaro.

Bahkan, saking banyaknya distro ini kita bisa buat pohon keluarga yang sangat besar.

Kalau mau lihat silsilah distro lengkap dari kakek-nenek sampai cucu-cicit bisa dilihat di sini — saking besarnya gambar sampe ngga bisa dilampirkan hehe.

Jadi bagaimana, sudah tahu kan kenapa ada banyak distro di alam semesta ini.

Selamat ber Linux ria 👋